Jumat, 31 Mei 2013

GEOLOGI DAN GEOMORFOLOGI SUMATERA DAN JAWA

PENDAHULUAN

                                  

        Geologi merupakan ilmu kebumian. Orang yang mempelajarinya disebut ahli geologi, geologiawan, atau geologist. Geologi, kelompok ilmu yang mempelajari Bumi secara menyeluruh; pembentukan, komposisi, sejarah dan proses-proses alam yang telah dan sedang berlangsung (menjadikan muka bumi seperti saat ini).

Geologi modern berkembang pada akhir abad ke -18, James Hutton merupakan bapak geologi modern. Pada tahun 1795, James Hutton menerbitkan bukunya yang berjudul: Theory of the Earth dimana ia mencetuskan doktrin Uniformitarianism (“The present is the key to the past, artinya gaya atau proses yang membentuk permukaan bumi seperti yang kita amati sekarang ini, telah berlangsung sejak terbentuknya bumi).

Tahun 1912, Alfred Wegener mencetuskan teori pengapungan benua, yang “menduga” bahwa pada mulanya benua Amerika Selatan dan Afrika bersatu, dan kemudian berpisah menjadi seperti saat sekarang yang terpisah oleh samudra Atlantik. Sejak tahun 1960 berkembanglah Teori Pengapungan Benua ( Continental Drift )  yang sekarang di kenal dengan Teori Tektonik Lempeng. Teori ini dapat menjelaskan dan menyderhanakan banyak hal mengenai gejala-gejala alam yang semula di anggap misterius. Seperti gempa bumi yang datangnya secara tiba-tiba dan gunung api yang tiba-tiba meletus.

Ilmu geologi terus berkembang dan terbagi lagi menjadi ilmu-ilmu yang menjadi dasar geologi. Cabang-cabang ilmu geologi tersebut diantaranya : Mineralogi, Petrologi, stratigrafi, Paleontologi, Geologi Struktur, Geomorfologi, Geofisika, Geokimia, dan lain sebagainya.

Untuk masuk ke dalam ilmu geologi yang lebih kompleks diperlukan bekal pengetahuan mengenai keadaan alam bumi seperti yang kita lihat dalam kehidupan sehari-hari kita. Gempa bumi, tsunami, tanah longsor, badai angin topan, dan banyak lagi jenisnya merupakan hasil atau produk dari proses yang dapat dipelajari pada ilmu geologi yang lebih spesifik lagi.

A.  GEOLOGI DAN GEOMORFOLOGI PULAU SUMATERA

          Proses pengangkatan pertama dimulai pada Paleogen bawah, pada zaman tersebut terjadi aktivitas persesaran (fault) dan pembentukan rift atau struktur depresi yang memanjang/ paralel dengan struktur regional. Pada zaman Oligo-miosen lapisan ini mengalami penurunan dan sebagian dari bukit barisan sampai di bawah permukaan air laut. Sedimen yang terendapkan terdapat di bagian barat dan timur dari graben tengah yang sifatnya lokal. Pada zaman Oligo-Miosen tersebut di Sumatra Selatan terjadi aktifitas volkanisme yang menghasilkan larva andesit.

          Pada zaman Miosen tengah terjadi pengangkatan yang besar sehingga membentuk Geantiklin Sumatra. Pada saat itu terjadi blok patahan-patahan yang diikuti aktivitas vulkanisme. Intrusi granodiorit terjadi juga pada zaman miosen tengah. Pada zaman ini tidak terjadi penurunan yang berarti dan terjadi proses pandataran yang cukup lama akibat erosi.

          Periode Oregenik yang terakhir terjadi pada zaman Plio-Pleistosen yang mengakibatkan pembentukan patahan blok dan peremajaan dari rift. Salah satu zone patahan yang terjadi pada zaman Plio-Pleistosen adalah zone patahan Semangko. Pada zaman Kuarter terjadi kegiatan gunung api dan kegiatan gunung api pada zaman Kuarter tersebut sebagian besar berasosiasi dengan sesar, misalnya bila suatu tempat terjadi sesar akan diikuti bentambahnya gunung api yang baru. Ada juga kegiatan gunung api yang mengakibatkan depresi yang seolah-olah merupakan hasil dari persesaran.

a)   Sumatra Sebelah Barat

          Sumatra sebelah barat tersusun atas endapan batuan tersier yang sangat tebal dan bersifat resistensi terhadap erosi kecil. Singkapan-singkapan batuan yang berumur pretersier di jalur non-vulkanik sangat jarang ditemukan, sedangkan batuan basalt ditemukan secara lokal. Proses pengangkatan yang menghasilkan jalur pegunungan non vulkanik terjadi pada zaman Kuarter.

b)   Sumatra Sebelah Timur

          Pulau Sumatra sebelah timur merupakan bagian dari Dangkalan Sunda terutama yang tersusun atas batuan sedimen Mesosoikum dan Poleisoikum dan pada bagian atasnya terjadi intrusi granit. Seluruh daerah ini telah mengalami pendataran dan kenampakan-kenampakan struktural masih dapat diamati.

     Zone-zone yang perlu diperhatikan di Sumatra Timur meliputi:

1.     Blok Sekapung

Ø Dibatasi oleh escarpment mempunyai ketinggian maksimal 200 meter

Ø Sepanjang sesar terjadi erupsi andesitic dan desitik

Ø Blok Sekapung telah mengalami base leveling

Ø Fault scrap tidak dijumpai tetapi yang dijumpai bocca

Ø Bagian selatan blok sekapung terdapat pulau-pulau vulkanik seperti Sebuku, Sabesi, Krakatau yang dengan patahan utama

2.    Blok Plateu Sukudana

          Disebelah timur terdapat plateu basalt sukudana yang lavanya keluar dari Sesar Sukudana, dikatakan plato basal karena tebal dan penyebarannya bersifat porous karena terdapat joint pada plato basalt. Di zone ini terdapat Danau Jepara.

3.    Dataran Alluvial

          Sebarannya sepanjang Lampung sempit, setelah mendekati Palembang meluas merupakan basement yang terdiri dari granit dan grano diorite.

c)    Sumatra Selatan

          Ciri-ciri pegunungan yang tersebar di Sumatra Selatan sebagian besar pegunungan blok dan ditumbuhi oleh gunung api. Ciri dari pegunungan blok lain adalah di bagian tenggara merupakan dataran rendah dan permukaannya agak datar karena base-lavelling yang cukup lama. Sebelah barat merupakan graben tengah yang miring ke arah barat dan bagian timur graben tengah miring ke arah timur. Gunung api yang muncul di pegunungan blok berasosiasi dengan terjadinya proses sesar. Material vulkanik menutup sebagian besar dari bukit barisan terutama sebelah timur graben tengah. Blok bagian timur graben tengah tertutup oleh endapan tuff tua yang cukup luas di sebelah utara Lampung yang dicirikan oleh adanya proses lipatan. Di Sumatra Selatan terdapat lava basalt dan terjadi sesar serta lava riolitik keluar dari blok Selampung.

          Blok Bengkulu adalah suatu daerah Depresi Suoh yang tersusun atas lava andesit dan dasit serta intrusi granit dan granodiorit yang merupakan batuan intrusi. Depresi Suoh pada bagian baratnya terdapat sumber mata air yang panas serta ada juga sedimen Neogen yang tersebar terutama di bagian barat blok Bengkulu kemudian terjadi proses lipatan pada zaman permulaan Neogen dan penurunan akhir Neogen, ini membuktikan adanya endapan marine di daerah Crui.

          Pola aliran sumber air blok Bengkulu bagian barat yang terdapat graben pola alirannya paralel dan kombinasi dengan pola trelis. Sungai-sungai pendek dan lurus serta pada beberapa tempat terjadi pembelokan yang mendadak, graden besar. Ciri-ciri lain pantai yang naik terbukti dengan adanya teras pantai, benting karang, benting pantai yang naik. Bagian blok Bengkulu sebelah barat terdapat aktifitas gunung berapi, terutama gunung api Kwarter dan distribusinya terdapat di sepanjang graben tengah. Pertumbuhan gunung api tersebut berasosiasi dengan sesar. Aktifitas gunung api yang terdapat diblok Bengkulu adalah pegunungan Hulu Palik dan Gunung Api Daun. Gunung Api Daun berperan untuk membelokkan arah sungai. Di sepanjang graben tengah perbatasan dengan blok Bengkulu terdapat mata air yang panas dan kipas alluvial (fluvio vulkanik fans). Graben Tengah, penampang yang perlu diperhatikan:

a.    Penampang Semangko

          Penampang ini berbentuk segitiga, pada kedua sisinya yaitu sisi timur dan sisi barat dibatasi oleh garis lengkung dan garis lurus di bagian barat. Sebagian kelanjutannya dari graben tengah di selatan timbul horst tobuan.

b.    Penampang Ranau

          Terdapat Danau Ranau yang merupakan vulcano tektoknik despression dengan ukuran 16×12 km. Material yang dikeluarkan bersifat netral. Pada penampang Ranau terdapat ignibrite tetapi tidak menunjukkan stratifikasi yang jelas.

c.    Penampang Makau Tanjung Sakti

          Terdapat suatu Sungai Kuala dan Sungai Mangkakau yang berasal dari utara. Di sebelah utara horst terdapat suatu dataran alluvial tanjung sakti yang merupakan dataran alluvial subur dan dilalui sungai yaitu sungai Mana mengalir ke lautan Indonesia.

d.    Ketahun

          Merupakan Graben tengah yang yang menyempit beberapa terdapat horst. Pola aliran pada graben tengah mengalami proses perubahan relative cepat. Aktivitas graben twngah mengalami proses perubahan relative cepat. Aktivitas graben tengah ini terjadi antara bagian yang tergeser. Pada daerah terdapat Sungai Tergwse yang masih labil sehingga dapat menyebakan jalan terputus

Pegunungan di sebelah timur graben tengah. Ciri-ciri:

Ø Merupakan sisi timur Geantiklinal Bukit Barisan

Ø Blok miring ke arah timur, sebagian horizontal

Ø Umur hampir sama dengan blok Bengkulu

Ø Pengikisan intensentif

Ø Batuan sedimen, baku, metamorf, pada Tertier

Ø Resistensi terhadap erosi sehingga sangat berpengaruh terhadap aliran lava dan lahar dari zone bagian tengah ke Sumatra bagian timur.

7 Busur Magmatisme



7 BUSUR MAGMATISME DAN PRODUKNYA

   
Gambar. 1 Busur magmatisme
      Gambar diatas merupakan proses magmatisme dan zona dimana magma dikeluarkan. Proses ini sangat dipengaruhi oleh pergerakan lempeng yang berbeda baik secara fisik maupun kimia serta adanya suhu tingi dan tekanan tinggi  yang berasal dari dalam bumi. Dalam hal ini dibagi kedalam 7 busur magmatisme yaitu sebagai berikut. 
      Gambar diatas merupakan proses magmatisme dan zona dimana magma dikeluarkan. Proses ini sangat dipengaruhi oleh pergerakan lempeng yang berbeda baik secara fisik maupun kimia serta adanya suhu tingi dan tekanan tinggi  yang berasal dari dalam bumi. Dalam hal ini dibagi kedalam 7 busur magmatisme yaitu sebagai berikut. 
1. Mid Oceanic Redge
Gambar.1.1 Mid oceanic ridge
Zona MOR adalah zona dimana lempeng samudera dan samudera saling menjauh atau divergen. Ini sangat dikontrol oleh arus konveksi yang terjadi pada mantel bumi sehingga magma keluar dan membentuk pegunungan lantai samudera. Magma yang dihasilkan bersifat basah-ultra basah.
2. Continental Rift Zone

                   
                                             Gambar.1.2 MOR dan Continental rift zone            
          Continenal rift zone merupakan zona yang hampir sama dengan zona MOR (MOR diatas dan continental rift zone dibawah). Bedanya, pada zona continental rift zona terjadi pada lempeng continental yang tetap dikontrol oleh arus konveksi pada mantel bumi sehingga lempeng continental saling menjauh atau divergen dan membentuk sebuah pecahan celah yang panjang hingga ribuan kilometer dan lebarnya ratusan kilometer atau mirip dengan graben. Magma yang dihasilkan pada zona ini adalah magma basah intermediet karena berasal dari astenosfer yang bersifat ultra basah bertemu dengan lempeng benua yang bersifat asam sehingga menghasilkan magma basah intermediet.

        3.      Island Arc

                                 

         Gambar.1.3 Island arc
Island arc merupakan busur kepulauan yang terbentuk akibat terjadinya pergerakan lempeng samudera dari MOR yang secara terus menerus sehingga membentuk suatu busur kepulauan. Dilihat dari gambar 1 diatas island arc terletak pada zona subduction karena island arc yang sudah terbentuk dibawa oleh pergerakan lempeng samudera. Magma yang dihasilkan bersifat basah.

4           4.   Volcanic Arc


                               

Gambar.1.4 Volcanic arc

Volcanic arc merupakan busur gunung api yang terbentuk pada zona subduction dimana terjadi penunjaman antara lempeng samudera dengan lempeng benua sehingga lempeng samudera menyusup dibawahnya langsung terjadi melting dan terbentuklah gunung vulkanik dengan magma yang bersifat intermediet.

5          5.    Back Arc Basin
            Back arc basin merupakan suatu cekungan dibelakang zona  subduction (lihat gambar 1.4). Proses ini hampir sama dengan zona MOR yang terjadi pada lempeng samudera. Ketika lempeng samudera bergerak saling menjauh (rifting) sementara diatas lempeng samudera ada lempeng benua sehingga terbentuk cekungan dibelakang zona subduction. Ini biasanya terbentuk bersamaan dengan island arc. Magma yang dihasilkan bersifat basah.
6.      Oceanic Intraplate
Oceanic intraplate terjadi pada zona hotspot yang berasal dari mantel. Ini terjadi karena pergerakan lempeng sehingga kerak samudera menipis yang memberikan kesempatan bagi magma menerobos ke dasar samudera sehingga membentuk gunungapi atau pulau-pulau gunungapi di tengah samudera. Karena lempeng samudera terus bergerak, maka terbentuk deretan pulau-pulau tengah samudera.(lihat gambar 1 bagian 6). Magma yang dihasilkan bersifat ultra basah karena langsung berasal dari astenosfer dalam bumi.

7.      Continental Intraplate
Continental intraplate ini juga terjadi pada zona hotspot tepatnya pada lempeng continental. Dari peregerakan lempeng tersebut menjadikan kerak benua mulai menipis namun  magma tidak bisa keluar karena berada paling jauh dibawah sehingga hanya terbentuk gunung. Dari lempeng continental yang terus bergerak maka terbentuk deretan pegunungan. (lihat gambar 1 bagian 7). Magma yang dihasilkan bersifat ultra basah yang berasal dari astenosfer dalam bumi.